Evolusia Fashion Show And Expo 2016 adalah salah satu acara tahunan yang diselengarakan oleh Program Studi D-III Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha (Progdi D-III SRD Universitas K Maranatha), tepatnya dimulai sejak tahun 2012. Perhelatan besar ini diadakan di Auditorium Prof. Dr. P.A. Surjadi, M.A. Universitas Kristen Marantha dari tanggal 19 sampai dengan 20 Oktober 2016.
Kepala Progdi D-III SRD UK Maranatha Roy Anthonius Susanto mengatakan bahwa pagelaran Evolusia yang berasal dari kata Evolusi (perubahan)
dan Lusia (Cahaya) ini dengan harapan bahwa Universitas Kristen
Maranatha khususnya jurusan seni rupa dan desain berevolusi atau
bertransformasi sehingga
karya dan karakternya semakin bercahaya khususnya dalam
bidang fashion.
Adapun Evolusia Fashion Show And Expo tahun ini mengangkat tema ‘Decoding The
Future’ yaitu “membaca” tren masa depan dengan memulainya saat ini dan
menjadikan masa lalu sebagai akarnya.
Rangkaian acara dalam expo yang diadakan selama 2 hari ini dibuka dengan
seminar yang bertajuk sama yaitu “Decoding the future” dari Indonesian Trend
Forecast 2017/2018 dengan Dina Midiani dan Sri Anugerah
sebagai pembicaranya. Dalam seminar kali ini, pihak dari Indonesian Trend Forecast memperkirakan trend untuk tahun 2017/2018 yang mereka rangkum dengan sebutan greyzone. Greyzone di sini dijelaskan penyebabnya karena beberapa tahun ke belakang ini, dunia mengalami banyak kejadian buruk, banyaknya informasi-informasi tidak jelas yang membuat kita susah membedakan antara hitam (salah) dan putih (benar) yang pada akhirnya membuat kita berdiri di tengah-tengahnya, yaitu zona abu-abu atau greyzone.
Selain itu selama dua hari itu juga diadakan expo serta
berbagai macam workshop dan talkshow dari beberapa local brand yang juga mensponsori rangkaian acara Evolusia.
Sebagai puncak acara, di hari kedua tepatnya Kamis 20 Oktober juga digelar
Graduation Fashion Show yang juga berperan sebagai salah satu syarat kelulusan
bagi mahasiswa fashion desain Universitas Kristen Maranatha dengan menampilkan sebanyak 106 karya dari 22 mahasiswa tingkat akhir dan
10 mahasiswa semester 5.
Dengan open gate yang dimulai pada -06.30 p.m para undangan
sebelumnya bisa berpose dan berfoto dengan dresscode yang sudah
ditentukan yaitu monochrome di depan photobooth yang sudah
disediakan. Setelah melakukan invitation validation dengan menunjukkan
barcode pada tiket digital yang sebelumnya sudah didownload decara gratis di
website resmi Universitas
Kristen Maranatha, para undangan kemudian diiring menuju lantai dua Auditorium Prof. Dr.
P.A. Surjadi, M.A. dimana built runaway sudah
tersedia.
Acara dimulai dengan permainan musik dari DJ Gegez dan lantunan merdu dari
Kristo Pizarro yang menampilkan lagu Hello milik Adele. Sebelum peragaan
dimulai, Ricard Ridwan –the host for the night juga menyampaikan daftar
mahasiswa terbik tahun ini yang diapresiasi oleh Symbolize Shoes dengan
pemberian voucher uang.
Peragaan busana tahunan yang bekerja sama dengan Asosiasi Perancang
dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ini dibagi
menjadi dua sesi yakni sesi pertama dengan ‘Modern Aesthetic’ yang didominasi
oleh busana-busana dengan permainan material dan ragam elemen estetis,
sementara dalam sesi kedua dengan tema ‘Back to Tradition’ busana-busana yang
ditampilkan lebih bernuansa tradisional. Cardinal sebagai sponsor utama pun
tidak mau kalah dengan memamerkan koleksi pakaian mereka. Selain itu,
Acara ini juga diselingi dengan berbagai penampilan menarik seperti dance dari
Wannabe Dancer dan Mapping Dance dari Jessyca , Chrisyela & Alvina.
Karya-karya yang ditampilkan tidak hanya dalam bentuk ready to wear
namun beberapa mahasiswa juga menampilkan karya haute couture dengan
desain, pola dan tehnik yang membuat saya merasa karya-karya tersebut datang
dari masa depan, rasanya tepat jika Evolusia Fashion Show tahun ini diberi tema
besar ‘Decoding The Future’. Personal favourite saya jatuh pada koleksi karya Meylisa Hardiyanti yang juga mendapat
predikat mahasiswa dengan karya tugas akhir terbaik ke-1 tahun ini. 4 karya-nya
yang mengangkat tema ‘Nuana’ yang dalam bahasa Sumba berarti ikatan, dengan
menggunakan kain asli Sumba yaitu kain singgih yang didominasi biru gelap yang
dipadu-padankan dengan beberapa material sehingga membentuk tampilan modern
namun tetap tidak menghilangkan kesan tradisionalnya. Meylisa juga menerapkan
aksen ikat-ikatan di dalam karyanya untuk menguatkan tema Nuana yang
diusungnya.
Sebagai mahasiswa fashion desain tingkat awal, fashion show yang
berlangsung selama kurang lebih 3 jam ini benar-benar pengalaman yang sangat
menarik dan bermanfaat. Harapan saya tentunya mungkin sama dengan sebagian
besar mahasiswa fashion yang ada dalam aula tersebut, bahwa suatu hari saya
juga akan bisa berjalan di atas runaway bersama sederet busana rancangan
sendiri.
and
the last but not the least...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar